JURNAL KURIKULUM 2013 FISIKA SMA
62
|
|
terhadap Hasil Belajar Peserta Didik di SMA Tut
Wuri Handayani Makassar
|

Implemantasi Pembelajaran
Kurikulum 2013 Berbasis Multimedia Interaktif pada Pokok Bahasan Listrik Magnet
terhadap Aktivitas, Persepsi, dan Hasil Belajar Peserta Didik di SMA Tut Wuri
Handayani Makassar

Fatima, Irfan Yusuf, Hartono Bancong
Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Muhammadiyah Makassar
fatima_1301@yahoo.co.id
Abstrak – Telah dilakukan penelitian untuk
mengetahui karakteristik multimedia interaktif berdasarkan Kurikulum 2013, akivitas, persepsi, dan hasil belajar Fisika
peserta didik pada pokok bahasan listrik dan magnet. Subjek penelitian adalah
peserta didik kelas XII IPA SMA Tut Wuri Handayani Makassar yang berjumlah 18
orang. Penelitian ini menggunakan pre ekperimental design. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa multimedia interaktif materi listrik magnet diperoleh hasil
valid dan reliabel, perangkat pembelajaran Kurikulum 2013 berupa Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang
dibuat diperoleh hasil yang valid dan reliabel. Akivitas peserta didik di atas
80 %, hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan mampu mengaktifkan
peserta didik. Persepsi peserta didik setelah dilakukan pembelajaran berbasis
multimedia interaktif pada pokok bahasan listrik magnet di atas 80 %, hal ini
menunjukkan bahwa peserta didik mengikuti dengan dengan baik pembelajaran yang
dilakukan. Hasil belajar peserta didik setelah dilakukan pembelajaran berbasis
multimedia interaktif pada pokok bahasan listrik magnet berada pada katagori
baik.
Kata
Kunci: Aktivitas
Peserta Didik, Persepsi Peserta Didik, Kurikulum 2013, Listrik Magnet,
Multimedia Interaktif
Abstract – A research has been conducted to
know the characteristics of interactive multimedia based on Curriculum 2013, learners’ activity, students’ perception and
the students’ achievement in learning electricity and magnetism. The sample of
the research was 18 students of class XII IPA of SMA Tut Wuri Handayani
Makassar. This research was pre-experimental design. The result of the research
showed that interactive multimedia material of electricity and magnetism is
valid and reliable. Teachers’ Lesson Plan (RPP) and Students’ Work Sheet
(Lembar Kerja Peserta Didik) based on Curriculum 2013 showed us a good result
of the students’ achievement. Learners’ Activity is above 80 % indicating that
learning was able to activate the learnes. The students’ perception in learning
electricity and magnetism trough Interactive Multimedia was above 80 %
indicating that the students following the learning process well. The students’
achievement in learning electricity and magnetism through Interactive
Multimedia was categorized as good.
Key Words: Learners’ Activity, Students’ Perception,
Curriculum 2013, Magnetic Electricity, Interactive Multimedia
I. PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi dan informasi (TIK) di abad
21
sekarang ini, menjadikan komputer
sebagai salah satu kebutuhan primer manusia dalam kehidupan sehari-hari. Salah
satu bagian yang berkembang pesat adalah teknologi multimedia. Multimedia
merupakan salah satu konsep dari teknologi yang dikemas dalam berbagai bentuk
teks, suara, gambar, dan animasi yang dapat dimodifikasi sedemikian rupa
sehingga tampak lebih menarik, interaktif, dan lebih bersifat edukatif.
Hasil belajar peserta didik dapat
dioptimalkan dengan upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang telah direvisi
melalui Kurikulum 2013 yang mengacu pada standar nasional pendidikan bertujuan
untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai
pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan
efektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dan peradaban dunia. Perubahan tersebut harus diikuti oleh guru yang
bertanggung jawab atas penyelenggaraan pembelajaran
di sekolah. Hal ini karena peranan guru sebagai fasilitator yang membantu
peserta didik dalam memecahkan masalah dalam proses pembelajaran.
Sejalan dengan perkembangan
fisika di abad 21 sekarang ini, menjadikan Fisika sebagai salah satu mata
pelajaran yang tidak hanya terpaku pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) saja, akan tetapi, mencakup ranah arsitektur, teknologi, elektronik, dan
sebagainya. Namun, salah satu masalah dalam pembelajaran fisika adalah
rendahnya kualitas pembelajaran yang berdampak pada hasil belajar peserta didik
yang tidak mencapai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Kualitas proses
dan hasil belajar fisika ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya adalah
sarana laboratorium. Kegiatan laboratorium merupakan hal penting dalam pembelajaran
fisika, ini disebabkan agar peserta didik memiliki pengalaman yang lebih
bermakna dalam proses pembelajaran yang dialaminya.
Keberhasilan kegiatan
laboratorium ditentukan oleh sumber daya yang mencakup bahan dan peralatan,
ruang,


Jurnal
Fisika Indonesia No: 53, Vol XVIII, Edisi Agustus 2014
ISSN : 1410-2994
63
|
|
terhadap Hasil Belajar Peserta Didik di SMA Tut
Wuri Handayani Makassar
|

alat, tenaga laboran, dan teknisi dalam pelaksanaan
pembelajaran. Namun, percobaan yang berupa konsep-konsep abstrak tidak
mendukung untuk diselenggarakannya kegiatan laboratorium, sehingga diperlukan
terobosan baru dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan temuan peneliti di
SMA Tut Wuri Handayani Makassar, hasil belajar peserta didik pada mata
pelajaran Fisika secara rata-rata belum mencapai standar KKM. Peserta didik
mengalami kesulitan dalam memahami konsep fisika terutama yang berkaitan dengan
praktikum. Berdasarkan permasalahan tersebut, solusinya adalah melakukan
pengimplementasian Kurikulum 2013 berbasis multimedia interaktif (MMI), dengan
mengintegrasikan semua mata pelajaran dengan TIK. Artinya, peserta didik akan
benar-benar merasa belajar langsung melalui eksperimen, demonstrasi, dan
kunjungan lapangan. Peserta didik dapat belajar sendiri dengan menggunakan
media pembelajaran atau bahan ajar berbasis TIK. Dengan mengklik satu tombol
peserta didik seolah-olah berada pada dunia nyata. Suasana belajar seperti itu
yang dimaksudkan jika TIK terintegrasi pada semua mata pelajaran.
MMI merupakan suatu multimedia yang dilengkapi
dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna
dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya. MMI menggunakan
komputer untuk menyusun penggunaan informasi yang disimpan dalam berbagai
bentuk, termasuk teks, grafis, suara, video, dan animasi. Melalui media
komputer, materi pelajaran dapat lebih cepat diterima peserta didik secara utuh
serta menarik minat mereka untuk belajar lebih lanjut[1]. Guru memainkan
peranan penting sebagai fasilitator dalam penggunaan media komputer dalam
pembelajaran, untuk meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi
pelajaran[2]. dengan mengkombinasikan berbagai media dalam pembelajaran
merangsang kecerdasan, imajinasi dan bakat peserta didik untuk
bersungguh-sungguh memperluas pengetahuannya terus-menerus. Sehingga MMI dapat
didefenisikan sebagai sebuah media yang menggabungkan beberapa media yang mendukung
proses pembelajaran berbasis TIK.
Salah satu konsep Fisika yang bersifat abstrak dan
tidak dengan mudah dilihat secara langsung yaitu konsep induksi
elektromagnetik. Induksi elektromagnetik mempelajari bagaimana arus listrik
dapat menghasilkan gaya magnet baik di sekitar kawat lurus berarus listrik
maupun di sekitar kawat melingkar berarus listrik. Untuk menggambarkan induksi
magnet perlu digunakan media yang dapat menjelaskan proses terjadinya induksi
magnet tersebut. Sehingga, peneliti merancang MMI untuk mensimulasikan
percobaan secara virtual. Hal ini dikarenakan laboratorium virtual dapat
mendukung kegiatan praktikum yang bersifat interaktif, dinamis, animatif, dan
berlingkungan virtual sehingga tidak membosankan dan dapat mendukung keinginan
pengguna untuk mempelajari dan memahami materi pelajaran produktif [3].
Penelitian ini dilakukan untuk
menjawab masalah sebagai berikut : 1) Bagaimanakah karakteristik
multimedia interaktif (MMI) berdasarkan Kurikulum
2013?; 2) Bagaimanakah aktivitas peserta didik pada saat dilakukan
pengimplementasian Kurikulum 2013 berbasis MMI pada pokok bahasan listrik
magnet?; 3) Bagaimanakah persepsi dan hasil belajar peserta didik setelah
dilakukan pengimplementasian Kurikulum 2013 berbasis MMI pada pokok bahasan listrik
magnet?.
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif yang mendeskripsikan implemantasi pembelajaran Kurikulum
2013 berbasis MMI pada pokok bahasan listrik magnet terhadap hasil belajar
peserta didik kelas XII IPA di SMA Tut Wuri Handayani Makassar. Desain
penelitian yang digunakan adalah one-shot
case study (Sugiyono, 2013). Pengambilan subjek penelitian menggunakan purposive random sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen aktivitas peserta didik, instrumen
hasil belajar peserta didik, dan angket persepsi peserta didik terhadap
pembelajaran fisika berbasis MMI.
Data yang diperoleh dari angket
persepsi peserta didik terhadap pembelajaran fisika berbasis MMI dianalisis
dengan menggunakan coding, kemudian
dideskripsikan secara kualitatif dan penggambaran data secara kontinum untuk
mengetahui kategori penilaian. Selanjutnya, data dari instrumen aktivitas
peserta didik dianalisis dan ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Penilaian
validitas dan realibilitas dilakukan oleh ahli media dan materi. Kemudian data
yang diperoleh dari instrumen hasil belajar peserta didik dibandingkan dengan
nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), dikatakan tuntas jika diperoleh
persentase ketuntasan klasikal di atas 80 % atau berada pada kategori baik.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada hasil analisis pendefinisian
menunjukkan bahwa peserta didik kelas XII IPA SMA Tut Wuri Handayani Makassar
telah mempelajari materi prasyarat seperti listrik dan gelombang elektromagnetik.
Dari segi bahasa yang digunakan peserta didik umumnya menggunakan bahasa
Indonesia.
Analisis tugas yang dirancang
dituangkan dalam Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang harus diselesaikan oleh
peserta didik selama proses pembelajaran di kelas. Begitu pula dengan evaluasi
dalam Buku Bacaan Peserta Didik (BBPD) diselesaikan di luar jam pelajaran. Dari
tugas-tugas tersebut, peserta didik aktif melakukan percobaan virtual dan
mengevaluasi pemahaman mereka tentang materi yang dipelajari. Selanjutnya, hasil
analisis konsep meliputi analisis materi yang diajarkan yaitu proses terjadinya
GGL induksi, faktor-faktor yang mempengaruhi GGL induksi, dan penerapan GGL
induksi dalam kehidupan sehari-hari, disesuaikan dengan Kompetensi Inti (KI)
dan Kompetensi Dasar (KD).
Pemilihan dan penggunaan media
berupa penggambaran keadaan yang bersifat abstrak, sesuai dengan tujuan,
konsep, kondisi lingkungan, dan fasilitas serta waktu yang disediakan untuk
kebutuhan pembelajaran. Berbagai software
yang digunakan dalam


Jurnal
Fisika Indonesia No: 53, Vol XVIII, Edisi Agustus 2014
ISSN : 1410-2994
64
|
|
terhadap Hasil Belajar Peserta Didik di SMA Tut
Wuri Handayani Makassar
|

pembuatan MMI ini yaitu AutoPlay Media Studio 7.5
untuk menampilkan autorun.exe sebagai
tampilan awal saat CD dimasukkan ke komputer, Foxit Reader untuk menampilkan
petunjuk penggunaan MMI, KI dan KD, Rencana Program Pembelajaran (RPP), LKPD,
dan BBPD., Java dan Adobe Flash CS6 untuk menampilkan unit kegiatan yang
diunduh dari aplikasi Physics Education Technology (PhET) Simulations,
serta Audacity dan Bagus ispiring.
Suite.6.0.0 digunakan untuk membuat suara tutorial pada awal MMI dijalankan.
Pengembangan MMI ini dapat menyelesiakan permasalahan belajar yang dialami
peserta didik dalam pengimplementasian Kurikulum 2013 pada proses pembelajaran
di abad 21 ini serta permasalahan biaya yang diperlukan untuk melakukan
kegiatan paraktikum di sekolah.

Program MMI yang dibuat, berisi
materi yang dilengkapi dengan gambar, animasi, dan simulasi interaktif.
Kelengkapan tersebut membantu peserta didik memahami konsep induksi
elektromagnetik dengan baik. Gambar 1 memperlihatkan tampilan program MMI proses
terjadinya induksi elektromagnetik yang digunakan.
Pada percobaan virtual proses
terjadinya induksi elektromagnetik, disediakan bohlam, magnet batang,
galvanometer, dan dua buah kumparan yang jumlah dari masing-masing lilitannya
berbeda. Untuk melakukan percobaan virtual pada materi tersebut, peserta didik
menggerakkan magnet batang ke dalam dan keluar kumparan yang selanjutnya besar
arus induksi yang ditimbulkan dapat dilihat dari nyala bohlam dan besarnya
penyimpangan yang terjadi pada jarum galvanometer. Selanjutnya, Gambar 2
memperlihatkan tampilan program MMI pada percobaan virtual materi faktor-faktor
yang mempengaruhi besar GGL induksi yang digunakan.
Pada percobaan virtual materi
faktor-faktor yang mempengaruhi besar GGL induksi. Pada percobaan ini diawali
dengan menggeser scroll boxes untuk mengalirkan air yang berdampak pada
terjadinya pergerakan pada magnet. Selanjutnya, mengatur kekuatan magnet dan
kemudian besar arus induksi akan terlihat pada penyimpangan jarum galvanometer.
Percobaan ini dilakukan sebanyak dua kali dengan cara mengatur ulang kekuatan
magnet dengan catatan kekuatan magnet pada saat parcobaan pertama tidak sama
dengan kekuatan magnet yang ke dua, hal ini bertujuan agar peserta didik dapat
membandingkan besar arus induksi yang timbul pada saat kekuatan magnet yang
digunakan besar dengan kekuatan magnet yang digunakan kecil. Selanjutnya,
dengan kekuatan magnet tetap, scroll
boxes yang terdapat pada aliran air digeser lebih jauh sehingga pergerakan
magnet menjadi lebih cepat dari keadaan sebelumnya. Kemudian, perbedaan besar
arus induksi yang terjadi dapat dilihat kembali pada penyimpangan jarum
galvanometer. Dengan demikian, akan terlihat jelas perbedaan antara besar arus
induksi yang timbul pada saat megnet yang perputarannya cepat dengan lambat di
depan kumparan. Selanjutnya, dengan mengatur area lilitan semula ke area
lilitan yang lebih luas, maka
perbedaan besar arus induksi yang terjadi akan
kembali terlihat pada besar penyimpangan jarum galvanometer.
Pada tahap pengembangan perangkat
pembelajaran, LKPD dilengkapi dengan materi pengantar untuk memberikan
pengetahuan dasar kepada peserta didik sebelum melakukan percobaan virtual.
BBPD menguraikan materi induksi elektromagnetik secara runtun yang dilengkapi
dengan gambaran percobaan virtual, dan evaluasi. Instrumen aktivitas
menguraikan aktivitas peserta didik yang mungkin selama proses pembelajaran.
Instrumen hasil belajar peserta didik menguraikan soal-soal yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
Validasi ahli dan materi dilakukan
oleh dua orang ahli yang merupakan dosen fisika di Universitas Negeri Makassar.
Berdasarkan penilaian perangkat pembelajaran oleh validator, diperoleh hasil
valid dan reliabel untuk setiap pernyataan yang diberikan. Hal ini berarti
bahwa MMI, RPP, LKPD, BBPD, instrumen aktivitas peserta didik, angket persepsi
peserta didik dan instrumen hasil belajar peserta didik dapat digunakan.
Aktivitas peserta didik pada tahap uji coba dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 1. Tampilan percobaan virtual proses
terjadinya induksi elektromagnetik.

Gambar 2. Tampilan percobaan virtual materi
faktor-faktor yang mempengaruhi
besar GGL induksi.


Jurnal
Fisika Indonesia No: 53, Vol XVIII, Edisi Agustus 2014
ISSN : 1410-2994
65
|
|
terhadap Hasil Belajar Peserta Didik di SMA Tut
Wuri Handayani Makassar
|

Gambar 3. Aktivitas peserta didik.

Berdasarkan penilaian pengamat
dari setiap pertemuan diperoleh bahwa aktivitas peserta didik di atas 80% yang
berarti bahwa pengimplementasian Kurikulum 2013 berbasis MMI memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini
sejalan dengan pendapat Ali (2009) yang menyatakan bahwa diketahui bahwa
penerapan pembelajaran interaktif sangat baik untuk mendukung pembelajaran.
Adapun hasil analisis persepsi
peserta didik terhadap implementasian Kurikulum 2013 berbasis MMI dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil analisis persepsi peserta didik.
No
|
Indikator
|
Rerata Presentase (%)
|
|
1
|
Fasilitas MMI
|
82,78
|
|
2
|
Daya
tarik belajar dengan
|
80,83
|
|
menggunakan MMI
|
|||
3
|
Aktivitas belajar dengan
|
79,70
|
|
menggunakan
MMI
|
|||
81,10
|
|||
Rata-rata
|


Meskipun hasil penelitian ini
menunjukkan persepsi, aktivitas, dan hasil belajar peserta didik dalam kategori
sangat setuju dan baik. Tidak ada jaminan bahwa percobaan virtual lebih efektif
dibanding dengan percobaan di laboratorium nyata. Sebaiknya, percobaan virtual
dilakukan dengan alasan keterbatasan alat, pertimbangan waktu, dan materi
pembelajaran yang abstrak.
IV. KESIMPULAN
Karakteristik MMI berdasarkan
Kurikulum 2013 antara lain berupa laboratorium virtual yang memvisualisasikan
materi fisika abstrak seperti listrik magnet yang disajikan secara interaktif
dan bertujuan untuk membantu peserta didik dalam memahami konsep, yang meliputi
RPP, LKPD, dan BBPD dirancang dengan maksud memadukan sesi percobaan
menggunakan MMI. Materi yang terkait dalam percobaan virtual disertakan dalam
perangkat pembelajaran yang dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta didik.
Aktivitas peserta didik di atas
80 %, menunjukkan pembelajaran yang dilakukan mampu mengaktifkan peserta didik.
Persentase persepsi peserta didik adalah 81,10 % yang menunjukkan bahwa peserta
didik sangat setuju terhadap pembelajaran fisika berbasis MMI. Selanjtnya,
rata-rata hasil belajar peserta didik adalah 84,94 dan persentase ketuntasannya
adalah 83 %. Hal ini menunjukkan bahwa nilai peserta didik tuntas secara
klasikal yaitu berada di atas nilai KKM (75), sehingga dapat dikategorikan
dalam kategori baik.
PUSTAKA
Berdasarkan Tabel 1, diperoleh
rata-rata persepsi peseta didik terhadap implementasi kurikulum 2013 berbasis
MMI di atas 80 % yang menunjukkan bahwa peserta didik sangat setuju terhadap
pembelajaran yang dilakukan.
Persepsi peserta didik setelah belajar dengan
menggunakan MMI menunjukkan hasil yang sangat setuju, tidak ada peserta didik
yang memberikan penilaian tidak setuju dari setiap kriteria yang diajukan.
Peserta didik tertarik dengan tampilan simulasi media pembelajaran, mudah dalam
menjalankan simulasi interaktif, serta senang belajar dengan menggunakan MMI.
Selanjutnya, rata-rata hasil belajar peserta didik setelah diimplementasikannya
Kurikulum 2013 berbasis MMI adalah 84,94 dan persentase ketuntasannya adalah 83
%. Hal ini menunjukkan bahwa nilai peserta didik tuntas secara klasikal, yaitu
berada di atas nilai KKM (75). Hal ini sesuai dengan penelitian Irfan Yusuf
(2013) bahwa penerapan pembelajaran berbasi media laboratorium virtual dapat
mengaktifkan peserta didik[4]. Laboratorium Virtual juga dapat meningkatkan
kemampuan afektif peserta didik yang menggambarkan perasaan, minat, dan sikap
terhadap proses pengajaran[5]. Penggunaan media yang tepat dapat meningkatkan
persepsi peserta didik sehingga mereka termotivasi dalam belajar. Semakin baik
persepsi mereka terhadap pembelajaran, maka semakin baik pula kinerja
mereka[6].
[1] K. Gundogdu, F. Silman, and Ozan, C, A Com-parative Study on Perception
of Teachers on the Use of Computers in Elementary Schools of Turkey and
T.R.N.C. International Online Journal of
Educational Sciences, vol. 3,
no.1, 2011, pp. 113-137.
[2] T.
Kutluca, Investigation of Teachers’ Computer Usage Profiles and Attitudes
toward Computers. International Online Journal of Educational Sciences vol,
2, no. 1, 2010, pp. 81-97.
[3] H. Jaya, Pengembangan Laboratorium Virtual untuk Kegiatan Praktikum dan
Memfasilitasi Pendidikan Karakter di SMK. Jurnal
Pendidikan Vokasi vol. 2, no. 1, 2012.
[4] I. Yusuf, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis Media
Laboratorium Virtual pada Materi Dualisme Gelombang Partikel di Sma Tut Wuri
Handayani Makassar. Jurnal Pendidikan IPA
Indonesia vol. 2, no. 2, 2013, hlm. 189-194.
[5] D. Yulianti, S. Khanafiyah, dan Sugiyanto, Penerapan Virtual
Experimentberbasis Inkuiri untuk Mengembangkan Kemandirian Mahasiswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia vol. 8, 2012, hlm. 127-134.
[6]K.
Daesang, K. Dong-Joong and W. Woo-Hyung, Cognitive Synergy in Multimedia
Learning. International Education Studies, vol, 6, no. 4, 2013,
pp. 76-84.


Jurnal
Fisika Indonesia No: 53, Vol XVIII, Edisi Agustus 2014
ISSN : 1410-2994
Komentar
Posting Komentar