Rencana dan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Rencana dan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Merencanakan suatu kegiatan merupakan aktivitas sehari-hari bagi setiap orang yang hidup secara teratur. Rencana merupakan satu kebutuhan pokok dalam melaksanakan setiap kegiatan. Mekipun membuat rencana, seperti membuat rencana pembelajaran (RP) merupakan kegiatan rutin, namun ada kalanya rencana harus dibuat secar khusus, lebih-lebih jika ada keperluan (kebutuhan) khusus untuk melakukan satu kegiatan. Misalnya, Anda ingin memecahkan masalah yang Anda hadapi dengan cara melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), atau sekolah ingin menyelenggarakan satu kegiatan karyawisata pada tahun ajaran. Kegiatan belajar 1 ini mengajak Anda mengkaji berbagai langkah yang perlu dilakukan dalam penelitian tindakan kelas, khususnya yang berkaitan dengan rencana dan pelaksanaan. Oleh keena itu, setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini Anda diharapkan dapat menjelaskan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam merencanakan dan melaksanakan penelitian tindakan kelas. Pemahaman akan langkah-langkah ini akan sangat membantu Anda dalam menyusun rencana dan melaksanakan PTK itu sendiri. Dalam Modul 1 telah Anda pelajari bahwa PTK dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur, yang terdiri dari 4 tahap, yaitu merencanakan, melakukan tindakan, mengamati, dan melakukan refleki seperti yang tampak pada gambar 2.1. Hasil refleksi terhadap tindakan yang dilakukan akan digunakan kembali untuk merevisi rencana jika ternyata tindakan yang dilakukan belum berhasil memperbaiki praktek atau belum berhasil memecahkan masalah yang menjadi kerisauan guru. Setelah sklus ini berlangsung selama beberapa kali, barangkali perbikan yang diinginkan sudah terjadi. Dalam hal ini daur PTK dengan tujuan perbaikan yang direncanakan sudah berakhir, namun biasanya akan muncul kembali masalah atau keriasauan dari guru. Masalah ini akan kembali dipecahkan dengan mengikuti daur PTK. Jika guru melakukan hal ini, berarti guru sedang mengembangkan kemampuan profesionalnya secara sistematis. Gambar 2.1 Tahap-tahap dalam PTK: 1. Merencanakan 2. Refleksi 3. Melakukan Tidakan 4. Mengamati Langkah merencanakan merupakan langkah pertama dalam setiap kegiatan. Tanpa rencana; kegiatan yang akan kita lakukan tidak akan terarah atau sering disebut “ngawur” atau sembarangan. Rencana akan menjadi acuan dalam melaksanakan tindakan. Melakukan tindakan sebagai langkah yang keduanya merupakan realisasi dari rencana yang kita buat. Tanpa tindakan, rencana hanya merupakan angan-angan yang tidak pernah menjadi kenyataan. Selanjutnya, agar tindakan yang kita lakukan dapat kita ketahui kualitasnya (misalnya apakah sudah sesuai dengan rencana), kita perlu melakukan pengamatan. Berdasarkan pengamatan ini kita akan dapat menentukan apakah ada hal-hal yang harus segera diperbaiki agar tindakan dapat mencapai tujuan yang kita inginkan. Jika pengamatan dilakukan selama proses tindakan berlangsung, maka refleksi sebagai langkah keempat, kita lakukan setelah tindakan berakhir. Kita akan mencoba melihat/merenungkan kembali apa yang telah kita lakukan dan apa dampaknya bagi proses belajar siswa. Yang lebih penting pula kita akan merenungkan alasan kita melakukan satu tindakan dikaitkan dengan dampaknya. Dengan cara ini kita akan dapat mengenal kekuatan dan kelemahan dari tindakan yang kita lakukan. Keempat tahap di atas merupakan satu siklus atau daur, oleh karena itu setiap tahap akan berulang kembali. setiap tahap dapat terdiri dari atau didahului oleh beberapa langkah, misalkan langkah merencanakan didahului oleh beberapa langkah, misalnya langkah merencanakan didahului oleh munculnya masalah yang diidentifikasi oleh guru. Dalam kegiatan belajar ini kita akan mengkaji dua tahap, yaitu merencanakan dan melakukan tindakan dengan empat langkah utama, yaitu: 1. Mengidentifikasi masalah, 2. Menganalisis dan merumuskan masalah, 3. Merencanakan PTK, serta 4. Melaksanakan PTK. Keempat langkah ini merupakan langkah yang berurutan; artinya langkah pertama harus dikerjakan lebih dahulu sebelum langkah kedua dilaksanakan, demikian seterusnya. Langkah pertama dan kedua merupakan langkah awal dari merencanakan perbaikan, sedangkan langkah ketiga merupakan prasyarat untuk langkah keempat. Mari kita bahas langkah tersebut satu persatu. Bersiaplah untuk menggali pengalaman Anda sendiri untuk digunakan sebagai contoh. A. Mengidentifikasi Masalah Suatu rencana PTK diawali dengan adanya masalah yang dirasakan atau disadari oleh guru. Hal ini sesuai dengan salah satu karakteristik PTK yang telah Anda pelajari pada Modul 1, yaitu masalah berasal dari orang yang terlibat dalam praktek, dalam hal ini guru sebagai pengelola pembelajaran ini. Guru merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres di kelas, yang jika dibiarkan akan berdampak buruk bagi proses dan hasil belajar siswa. Misalnya, ada sekelompok siswa yang secara terus-menerus membuat kesalahan yang sama, ada siswa yang suka membolos, atau hasil belajar siswa menurun drastis. Anda dapat mencari contoh lain dari pengalaman Anda sendiri. Masalah yang dirasakan guru mungkin masih kabur, sehingga guru perlu merenungkan atau melakukan refleksi agar masalah tersebut menjadi semakin jelas. Hopkins (1993) menekankan bahwa pada awalnya guru mungkin bingung untuk mengidentifikasi masalah, oleh kerena itu, guru tidak harus mulai dnegan masalah. Guru bisa mulai dengan gagasan untuk melakukan perbaikan, kemudian mencoba memfokuskan gagasan tersebut. Dari uraian tersebut di atas barangkali dapat Anda cermati bahwa munculnya masalah memang pertama kali dirasakan oleh guru sebagai suatu yang masih kabur, namun guru memang menyadari bahwa ada sesuatu yang perlu diperbaiki. Tidak semua guru mampu merasakan adalanya masalah, meskipun tidak mustahil semua guru mempunyai masalah yang berkaitan dengan praktek pembelajaran yang dikelolanya. Bahkan mungkin ada guru yang mendiamkan saja masalahnya, meskipun dia sendiri merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres di kelasnya, yang memerlukan perbaikan segera. Dampak dari sikap seperti ini sangat jelas yaitu menurunkan kualitas pembelajaran, Agar mampu merasakan dan mengungkapkan adanya masalah, seorang guru dituntut jujur pada diri sendiri dan melihat pembelajaran yang dikelolanya sebagai bagian penting dari dunianya. Berbekalkan kejujuran dan kesabaran tersenut, untuk mengidentifikasi masalah, guru dapat mengajukan pertanyaan berikut kepada diri sendiri. 1. Apa yang sedang terjadi di kelas saya? 2. Masalah apa yang ditimbulkan oleh masalah itu? 3. Apa pengaru masalah tersebut bagi kelas saya? 4. Apa yang akan terjadi jika masalah tersebut saya biarkan? 5. Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasi masalah tersebut atau memperbaiki situasi yang ada. Untuk menjawab pertanyaan tersebut guru perlu merenungkan atau melakukan refleksi tentang apa yang terjadi di dalam kelas. Refleksi akan efektif apabila guru mempunyai pemahaman/kesadaran yang tinggi akan fungsi pembelajaran dan jujur terhadap diri sendiri. Jika telah menjawab pertanyaan tersebut guru sampai pada kesimpulan bahwa ia memang menghadapi masalah dalam bidang tertentu, berarti dia sudah berhasil mengidentifikasi masalah. Langkah-langkah diatas kembali mengingatkan kita akan karakteristik PTK, yaitu masalah besar dari guru sendiri sebagai pelaku atau pengelola pembelajaran, dan bukan berasal dari orang luar. Namun, ada kalanya guru, perlu dibantu untuk mengidentifikasi masalah. Dalam hal ini guru dapat dibantu oleh kepala sekolah, pengawas, atau dosen LPTK yang berkolaborasi dengan sekolah. Namun, sekali lagi perlu ditekankan bahwa aktor utama dalam hal ini dalah guru, bukan mitra kolaborasi, dan hubungan antara pengawas, kepala sekolah, atau mitrakolaborasi adalah sebagai teman sejawat, bukan sebagai atasan atau bawahan. Oleh karena itu, jika dosen LPTK berkolaborasi dengan guru dalam merancang PTK, hendaknya dihindari kiat-kiat yang mengiringpara guru untuk memunculkan masalah yang diinginkan oleh dosen LPTK. B. Menganalisis dan Meruuskan Masalah Setelah masalah teridentifikasi, kita perlu melakukan analisis sehingga dapat meruuskan malasah dengan jelas. Tanpa melakukan analisis, mungkin masalah yang kita identifikasi masih kabur. Analisis dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri atau yang disebut refleksi, dan dapat pula dengan megkaji ulang beberapa dokumenseperti pekerjaan siswa, daftar hair, daftar nilai atau bahkan mungkin bahan pembelajaran yang kita siapkan. Semua ini tergantung dari sebuah masalah yang kita identifikasi. Misalnya, masalah yang kita identifikasi adalah rendahnya motivasi belajar siswa, barangkali yang perlu kita analisis adalah dokumen tentang hasil belajar siswa, catatan harian kita tentang respon siswa dalam pembelajaran, dan yang tak kalah pentingnya melakukan refleksi, sehingga kita mendapat gambaran yang jelas tentang perilaku mengajar kita. Untuk menganalisis masalah ini, Ibu Tuti perlu melakukan hal berikut. 1. Menganalisis daftar hdir siswa, kemudian menyimpulkan berapa % rata-rata kehadiran siswa dalam satu bulan. Di samping itu perlu pula dianalisis, apakah yang absen hanya siswa tertentu atau hampir semua pernah absen , dan apa alasannya. 2. Menganalisis daftar hadir nilai siswa, kemudian mengaitkan frekuensi ketidakhadiran siswa dangan nilainya. 3. Menganalisis tugas yang diberikan kepada siswa beserta bahan pelajaran yang dipakai, apakah tugas dan bahan pelajaran tersebut cukup menantang atau membosankan. 4. Menganalisis balikan (feedback) yang diberikan guru terhadap pekerjaan siswa. Apakah balikan tersebut membuat frustasi atau mendorong siswa untuk memperbaiki pekerjaannya. 5. Melakukan refleksi terhadap perilaku mengajar Ibu Tuti. Seyogyanya Ibu Tuti secara jujur merenungkan kembali kebiasaannya di dalam kelas. Apakah dia sering marah-marah, bersikap tidak simpatik, atau sebaliknya. Dari hasil analisis di atas, Ibu Tuti dapat mempertajam masalah yang dihadapi serta menetapkan masalah mana yang yang aling mendesak untuk dibenahi dan memerlukan penelitian khusus. Misalnya, dari hasil analisis tersebut Ibu Tuti menemukan bahwa hanya satu siswa tertentu (sekitar 20 orang dari 35 siswa) yang sering absen, dan ternyata memang siswa yang sering tidak hadir nilainya rendah. Dari analisis tugas, bahan ajar, dan balikan, Ibu Tuti menemukan bahwa tugas yang diberikan yang diambil dari buku paket memang membosankan karena hanya menuntut siswa untuk menghafal, tanpa pernah meminta siswa untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya secara bebas dalam bahasa tulis. Balikan yang diberikan oleh Ibu Tuti pada tugas-tugs tersebut, ternyata hanya dua kata yaitu cukup dan kurang. Dari reflekasi yang dilakukan, Ibu Tuti merasa sikap biasa-biasa saja, hanya dia merasa jarang memberikan penguatan. Ia lebih banyak menegur siswa yang kurang berhasil daripada memuji siswa yang berhasil. Dari uraian di atas dapat Anda simak bahwa begitu banyak masalah yang ditemukan Ibu Tuti yang dianggapnya menyebabkan rendahnya motivasi siswa dalam belajar bahasa Indonesia. D saming masalah yang sudah dianalisis, Ibu Tuti juga memperkirakan bahwa Ebtanas Bahasa Indonesia juga tidak mendorong siswa untuk belajar lebih baik. Namun, ia kemudian berkesimpulan bahwa ia harus memilih masalah yang dapat ia atasi sendiri. Ia kemudian memutuskan bahwa ia akan memfokuskan usahanya pada perbaikan tugas dan bahan ajar yang ia gunakan. Berkaitan dengan hal ini, Ibu Tuti dapat merumuskan masalah sebagai berikut. Tugas dan bahan ajar yang bagaimana yang dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar bahasa Indonesia. Sebagaimana yang Anda simak dalam rumusan masalah di atas, sebuah masalah pada umumnya dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya, yang menggambarkan sesuatu yang ingin dipecahkan atau dicari jawabannya melalui penelitian, dalam hal ini penelitian tindakan kelas (PTK). Masalah yang dihadapi guru mungkin sangat luas, oleh karena itu, guru perlu memfokuskan perhatiannya pada masalah yang mungkin dapat ia tanggulangi dan yang memang memerlukan prioritas untuk ditangani. Selanjutnya, masalah perlu dijabarkan atau dirinci secara operasional agar renana perbaikannya dapat lebih terarah. Mialnya, masalah: tugas dan bahan belajar yang bagaimana yang dapat meningkatkan motivasi siswa dapat dijabarkan sebagai berikut. 1. Bagaimana frekuensi pemberian tugas yang dapat meningkatkan motivasi siswa. 2. Bagaimana bentuk dan materi tugas yang memotivasi. 3. Bagaimana syarat bahan belajar yang menarik. 4. Bagaimana kaitan materi bahan belajar dengan tugas yang diberikan. Dengan terumuskannya masalah secara operasional, Anda sudah mulai membuat rencana perbaikan atau rencana PTK. Mari kita kaji rencana tersebut lebih kanjut. C. Merencanakan Perbaikan Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, guru perlu membuat rencana tindakan atau yang sering disebut rencana perbaikan. Langkah-langkah dalam menyusun rencana adalah sebagai berikut. 1. Rumuskan cara perbaikan akan ditempuh dalam bentuk hipotesis tindakan. Hipotesis tindakan adalah dugaan guru tentang cara yang terbaik untuk mengatsi masalah. Dugaan atau hipotesis ini dibuat berdasarkan kajian berbagai teori, kajian hasil penelitian yang pernah dilakukan dalam maslah yang serupa, diskusi dengan teman sejawat atau dengan pakar, serta refleksi pengalaman sendiri sebagai guru. Berdasarkan hasil kajian tersebut, guru menyusun sebagai alternatif tindakan. Selanjutnya, guru perlu mengkaji setiap alternatif, terutama keterkaitannya dengan tujuan tindakan (perbaikan) serta kelayakan pelaksanaannya. Akhirnya, dengan mempertimbangkan hasil kajian, guru memilih alternatif yang dianggap paling layak. Dari hasil kajian yang dilakukan, Ibu Tuti membuat beberapa alternatif berikut. a. Tugas akan lebih berhasil dan menantang jika diberikan setiap minggu atau dua minggu sekali. b. Bentuk tugas yang bervriasi akan memotivasi siswa untuk mengerjakannya. c. Tugas akan cukup menantang jika materinya diambil dari lingkungan siswa atau diambil dari buku pelajaran yang dimiliki siswa. d. Bahan belajar bahasa Indonesia akan cukup menarik jika sesuai dengan perkembangan siswa, disajikan dengan berbagai variasi, menuntut siswa untuk berpikir, serta menyajikan wacana yang temanya akrab dengan lingkungan siswa. e. Tugas yang diberikan akan menantang jika dikaitkan dengan bahan belajar. Cocokkan hipotesis yang Anda buat dengan alternatif di atas, dan kemudian pilih alternatif yang paling layak untuk setiap masalah. 2. Analisis Kelayakan Hipotesis Tindakan Setelah menetapkan alternatif hipotesis yang terbaik, hipotesis ini perlu dikaji kembali kelayakannya dikaitkan dengan kemungkinan pelaksanaannya. Dengan perkataan lain, guru harus bertanya, mungkinkah rencana tindakan tersebut dilaksanakan. Hal ini terutama dikaitkan dengan hal-hal berikut. a. Kemampuan dan komitmen guru sebagai aktor pelaksana karena pelaksana PTK memang harus tumbuh dari keinginan guru sendiri. Guru harus bertanya pada diri sendiri apakah ia cukup mampu melaksanakan rencana perbaikan tersebut dan apakah dia cukup tangguh untuk menyelesaikannya. b. Kemampuan dan kondisi fisik siswa dalam mengikuti tindakan tersebut; misalnya bial diputuskan untuk memberi tugas setiap minggu, apakah siswa cukup mampu menyeleaikannya. Apakah malah membuat siswa menjadi bosan. c. Ketersediaan sarana/fasilitas yang diperlukan. Apakah sarana/fasilitas yang diperlukan dalam perbaikan dapat diadakan oleh siswa, sekolah, ataukah oleh guru sendiri. d. Iklim belajar dan iklim kerja di sekolah. Iklim belajar berkaitan dengan berbagai kebiasaan guru, siswa, dan personil lain dalam menyikapi kegiatan belajar atau kegiatan akedemik, sedangkan iklim kerja berkaitan dengan kebiasaan sersonil sekolah dalam menyikapi tugas-tugasnya. Dalam hal ini, guru perlu mempertimbangkan apakah alternatif yang dipilihnya akan mendapat dukungan dari kepala sekolah dan personil lain di sekolah. Selain faktir-faktor di atas, guru juga harus menganalisis sekali lagi hasil yang diperkirakan akan diperoleh dari tindakan tersebut. Dengan melakukan berbagai kajian tersebut diharapkan hipotesis tindakan yang dipilih memang benar-benar merupakan hipotesis yang paling layak. D. Melaksanakan PTK Setelah meyakini bahwa hipotesis tindakan atau rencana perbaikan sudah cukup layak, kini guru perlu mempersiapkan diri untuk pelaksanaan perbaikan. Langkah ini kita sebut sebagai persiapan pelaksanaan, yang sebenarnya dapat merupakan bagian dari perencanaan, tetapi dapat pula kita tempatkan sebagai bagian awal dari pelaksanaan. Setelah persiapan ini mantap, barulah kita mulai dengan pelaksanaannya di kelas. Mari kita kaji kedua tahap ini dengan cermat. 1. Menyiapkan Pelaksanaan Ada beberapa langkah yang perlu kita siapkan sebelum merealisasikan rencana tindakan kita. a. Membuat rencana pembelajaran beserta skenario tindakan yang akan dilaksanakan. Skenario mencakup langkah-langkah yang dilakukan guru dan siswa dalam kegiatan tindakan atau perbaikan. Terkait dengan rencana pembelajaran, guru tentu perlu menyiapkan berbagai bahan seperti tugas dan bahan belajar yang dibuat sesuai dengan hipotesis yang dipilih, alat peraga atau buku-buku yang relevan. b. Menyiapkan fasilitas atau sarana pendukung yang diperlukan, misalanya gambar-gambar, meja tempat mengumpulkan tugas, atau sarana yang terkait. c. Menyiapkan cara merekam dan menganalisis data yang berkaitan dengan proses dan hasil perbaikan. Dala hal ini, guru harus menetapkan yang harus direkam, bagaimana cara merekamnya, dan kemudian mencari bagaimana cara menganalisisnya. Agar dapat melakukan hal ini, guru harus menetapkan indikator keberhasilan. Misalnya, sikap siswa ketika diberi tugas, persentase siswa yang mengumpul tugas tepat waktu, ualitas penyelesaian tugas siswa, persentase kehahadiran siswa, serta nilai siswa dalam tes formatif. Jika Indikator ini sudah ditetapkan, guru dapat menentukan cara merekam dan menganalisis data. d. Jika perlu, untuk menetapkan kenyakinan diri, guru perlu menyimulasikan pelaksanaan tindakan. Dalam hal ini,guru dapat bekerja sama dengan teman sejawat atau berkolaborasi dengan dosen LPTK. Setelah menyimak butir a, b, c, d cobalah Anda rancang cara merekam dan menganalisis data dari proses dan hasil perbaikan yang dirancang oleh Ibu Tuti dalam contoh di atas. Diskusikan hasil rancangan Anda dengan teman sejawat atau dengan tutor. 2. Melaksanakan Tindakan Setelah persiapan selesai, kini tiba saatnya guru melaksanakan tindakan dalam kelas yang sebenarnya. Agar pelaksanaan ini dapat berlangsung secara terarah, guru perlu memperhatikan beberapa prinsip, yang oleh Hopkins (1993) disebut sebagai keriteria PTK yang dilakukan oleh guru. Cobalah Anda simak kriteria dengan cermat, dan bandingkan dengan berbagai prinsip yang sudah Anda kuasai. a. Pekerjaan utama guru adalah mengajar. Oleh karena itu, metodologi yang sedang dilaksanakan tidak boleh mengganggu komitmenguru dalam mengajar. Ini berarti, guru tidak boleh guru mengorbankan siswa demi penelitian yang sedang dilaksanakan. Dengan perkataan lain, guru harus selalu mengutamakan siswa karena tujuannya memang untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa. Tambahan tugas guru sebagai peneliti harus disikapi sebagai nuansa profesional yang semestinya memberi nilai tambah bagi guru dan bagi pembelajaran yang dikelolanya, bukan sebaliknya mengorbankan siswa. b. Cara pengumpulan atau perekaman jangan sampai terlalu menyita waktu guru, sehingga guru sampai kehabisan nafas. Esensi pelaksanaan PTK memang harus disertai dengan observasi dan interpretasi, dan pengumpulan pengumpulan data yang paling baik adalah guru. Namun, jika kegiatan ini menyita waktu guru terlampau banyak, kosentrasi guru dalam mengajar akan terganggu. Untuk mengatasi masalah ini, guru dapat memanfaatkan alat perekam seperti tape-recorder atau minta bantuan teman sejawat. c. Metodologi yang diterapkan haruslah reliabel atau handal. sehingga memungkinkan guru mengembangkan strategi pembelajara yang sesuai dengan situasi kelas. Dalam kaitan ini perlu diingat bahwa PTK berorientasi praktis dan merupakan penelitian skala kecil untuk memperbaiki praktek individu. d. Masalah yang ditangani guru haruslah sesuai dengan kemampuan dan komitmen guru sebagaimana yang sudah pernah diulas di depan. e. Sebagai peneliti, guru harus memperhatikan berbagai aturan atau etika yang terkait dengan tugas-tugasnya. Misalnya menyampaikan kepada kepala sekolah tentang rencana tindakan yang akan dilakukan, atau menginformasikan kepada orang tua siswa jika selama pelaksanaan PTK, siswa diwajibkanmelakukan sesuatu di luar kebiasaan rutin. f. Akhirnya, seperti yang sudah pernah disinggung pada modul 1, PTK harus mendapat dukungan dari seluruh personil sekolah. Artinya, semua personil sekolah harus punya persepsi yang benar tentang PTK, dan apa yang ingin dicapai melalui PTK. Di samping kriteria di atas, perlu Anda perhatikan bahwa dalam pelaksanaan PTK, observasi dan interpretasi terhadap proses dan hasil tindakan berlangsung secara bersamaan. Ini berarti guru sebagai aktor PTK harus mampu melakukan observasi dan interpretasi secara cepat sehingga penyesuaian-penyesuaian dapat dilakukan jika perlu. Ini sesuai dengan kriteria pertama dari Hopkins yang menuntut guru memegang komitmennya sebagai pengajar, tanpa terganggu oleh metodologi penelitian yang sedang diterapkan.

Komentar

Postingan Populer